Kamis, 22 Maret 2012

OSMOSIS JARINGAN


I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

            Pertumbuhan tergantung pada adanya pemasukan air kedalam sel yaitu pasokan air dari jaringan saru kejaringan lainya disuatu lingkungan. Osmose terjadi apabila suatu larutan dipisahkan oleh suatu selaput yang permeabel oleh air. Tekanan osmose merupakan tekanan yang mendorong air untuk berdifusi. Osmose juga merupakan proses fisika difusi (dengan osmosis sebagai bagian khususnya) memainkan peranan yang sangat penting pada fisiologi tumbuhan,sehingga pengertian yang jelas mengebiai proses ini perlu sekali dimiliki, tetapi agar mudah dimengerti, beberapa sifat umum materi harus diperhatikan terlebih dahulu.
            Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Plasmolisis suatu sel dapat digambarkan pada plasmolisis sekumpulan sel dengan sifat-sifat yang sama. Partikel-partikel ini mempunyai dua sifat yaitu kemampuan untuk bergerak bebas dan kecenderuan untuk partikel yang sama untuk tarik menarik. Kedua sifat ini sangat bertentangan.
            Pada awal inspien plasmolisis air keluar dari vakuola hal ini dapat dilihat dari mengkerutnya suatu jaringan keadaan ini bersifat tidak dapat balik. Penyusutan akan berlangsung terus selam,a air yang hilang akan lebih banyak dari sel yang berada pada larutan yang mempunyai potensial osmosis yang tinggi . Sebagai perkiraan dapat dikatakan sebagai kecenderungan untuk gerakan bebas lebih unggul, zat itu akan berada dalam bentuk gas, jika kecenderungan untuk gaya tarik lebih unggul zat itu akan berada dalam bentuk padat.sedangkan jika kedua kecenderungan itu kira-kira sama kuat, zat itu akan berada dalam bentuk cair.
            Ada dua faktor penting yang menentukan apakah suatu zat tertentu berkelakuan sebagai zat padat, cair, ataupun gas yaitu mobilitas dasar suatu zat ( misalnya partikel oksigen sangat bersifat mobil, sedang kan sangat saling berikatan kuat ) dan suhu zat itu ( misalnya penggunaan panas dapat mengubah zat cair menjadi gas dengan meningkatkan kemampuan gerakan bebas partikel zat itu ).

B. Tujuan
            Percobaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan osmosis jaringan umbi kentang ( Solanum tuberosum ).




























II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sistematika
Sistematika kentang (solanum tuberosum L)
Divisio                         : spermatophyta
Subdivisio                   : Angiospermae
Class                            : dicotiledoneae
Ordo                            : Tubiflorae
Family                         : solanaceae
Genus                          : solanum
Species                        : Solanum tuberosum L

B. Botani Umum
            Tanaman kentang merupakan tanaman yang berasal dari America selatan, peru dan Bolivia yang diintroduksi keeropa pada tahun 1570 an. Tanaman kentang juga merupakan tanaman semusim. Yang mempunyai perdu batang yang keras, dan umbinya berasal dari modifikasi batang. Bunganya bersifat  hemafrodit bersifat protogeni.
            Adapun jenis-jenis kentang yang diiusahakan di indonesia yaitu: Patrones, Rapan dan Thum dengan daging dan kulit umbi berwarna kuning. Yang kedua jenis Donata Radosa dengan daging dan kulit umbi berwarna putih, yang ketiga jenis desire dan arka dengan daging berwarna kuning dan kulit berwarna merah.
            Syarat tumbuh kentang yaitu : tumbuh baik pada ketinggian 500-2000 m dpl. Dengan curah hujan berkisar 200-300mm/bulannya. Dengan suhu 15 – 20 oC tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dan pada kelembaban 80-90%. Tanah yang digunakan untuk menanam kentang pada umumnya perlu pH sekitar 5,5-6,5 lebih atau kurang dari peha tersebut kualitas kentang akan tidak baik. Dalam memproduksi kentang memerlukan sistem draenase dan aerasi yang baik.
           

C. Tekanan Osmose pada jaringan
            Pada hakikatnya tekanan osmose merupakan suatu proses tekanan yang menyebabkan difusi. Osmose juga merupakan difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara difertensial. Membran sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi melekul lain dikatakan permeabel secara diferensial. Seperti dikatakan diatas, pelarut universal adalah air.
 Secara sederhan dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ketempat berkonsentrasi rendah. Pertukaran air antara sel dan lingkungan adala suatu faktor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis.
            Suatu percobaan yang menunjukan proses osmosis adalah suatu percobaan yang mengamati suatu lubang bawah dari tabung gelas ditutup dengan selaput. Selaput itu berfungsi sebagai membran permeabel secara diferensiasi, yang meloloskan melekul-molekul air secara cepat, tetapi menghalangi molekul yang lebih besar.
            Tekanan osmose cairan dapat ditentukan dengan cara mencari suatu larutan yang mempunyai tekanan osmose sama dengan cairan tersebut. Dalam car ini kita dapat mengambil patokan pada terjadinya peristiwa plasmolisis sel.dalam keadan insufisien plasmolisa tekanan osmose cairan sel adalah sam dengan tekanan osmose larutan dalam massa jaringan sel tersebut direndam. Plasmolisa dapt dilihat dibawah mikroskop sebagai suatu percobaan.
           








III. PELAKSANAN PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
            Pelaksanan praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Bididaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya pada tanggal 1 November 2010  pada pukul 03.00 WIB sampai dengan selesai.

B. Alat dan bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah :
(1). Umbi kentang,
(2) air (untuk mencuci atau membasahi bahan yang akan digunakan)
(3) larutan sukrosa
            Dan alat yang digunakan adalah :
(1). Pipa tembaga lancip,
(2). Pisau silet,
(3). Timbangan analitik,
(4). Penggaris,
 (5) cawan petri,
(6). Gelas piala,
 (7) kertas label.

C. Cara Kerja
            Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.      buat larutan gula 0 M; 0,15 M, 0,20 M, 0,25 M, 0,30 M, 0,35 M, 0,40 M, dan 0,45 M
2.      siapkan 8 botol atau gelas piala 100 ml. Setiap boto, diisi denagn 50 cc larutan sukrosa dengan masing-masing konsentrasi tersebut.
3.      umbi kentang dikupas, kemudian ditusuk dengan pipa kaca sehingga didapat diameter kentang yang sama, sebaliknya setiap batangan didapat dari 1 umbi
4.      dngan menggunakan pisau silet, potonglah batangan kentang sepanjang 1 cm
5.      Dengan cepat bilaslah irisan kentang dengan aquadest dan segera keringkan dengan kertas penghisap dan timbanglah.
6.      Selanjutnya 3 buah irisan kentang dimasukan kedalam botol dan rendam dengan larutan sukrosa. Kerjakanlah langkah ini untuk masing-masing konsentrasi larutan sukrosa.
7.      Setelah irisan di rendam dalam larutan sukrosa selama 48 jam, keluarkan irisan tersebut dati botol, lalu keringkan dengan kertas penghisap sebentar dan ukurlah panjang kentang tersebut. Data yang di peroleh dimasukan kedalm tabel dan grafik






















B. Pembahasan

            Pada praktikum tekanan osmosis pada jaringan yang diamati adalah perubahan berat yang terjadi setelah kentang direndam dengan aquadest dan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-berbeda.Sebelum kentang direndam dengan larutan tersebut pertama kentang tersebut dikupas dengan carter dan dipotong dengan panjang 4 cm, tinggi 0,5 cm dan lebar 1 cm dan ditimbang,Setelah selesai kemudian irisan tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan aquadest, larutan sukrosa 0,15 M, 0,20 M, 0,25 M, 0,30 M, dan 0,35 M. Kentang tersebut ditahan sampai 30 Menit dengan keadaan tabung reaksi ditutup dengan tangan. Setelah 30 menit kemudian kentang tersebut dikeluarkan dari tabung reaksi dan dilakukan penimbangan kembali .
            Dari semua percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok ternyata dapat diketahui bahwa berat kentang tersebut naik atau bertambah.Perubahan berat kentang tersebut yang paling rendah adalah 0,05 dan yang paling tinggi adalah 0,21 dan bila dinyatakan dengan persen yaitu yang paling rendah adalah 2,14 % dan yang paling tinggi adalah 9,4 %.Dari sini dapat kita simpulkan bahwa berat kentang  dapat meningkat dengan perendaman dengan aquadest dan larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan dengan perlakuan yang sama.
            Disini kita juga dapat mengetahui bahwa perubahan berat masing-masing perlakuan berbeda-beda berarti dengan perbedaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa perubahan  beratnya itu terjadi karena perbedaan larutan yang digunakan pada saat perendaman. Tetapi tidak dapat kita ketahui  apakah perbedaan konsentrasi mempengaruhi mana yang terberat dan teringan karena berat yang kita amati tidak berurut sesuai dengan konsentrasi yang digunakan dengan perbedaan 5 M permasing-masing percobaan.Dari hasil yang diketahui perubahan berat yang terbesar sampai yang terkecil yaitu kentang yang direndam dalam aquadest, Sukrosa 20 M, 0,25 M , 0,15 M, 0,35 M dan yang terakhir 0,30 M.



V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
            Adapun kesimpulan dalam praktikum ini adalah:
  1. Pada praktikum jenis dan konsentrasi yang dipakai mempengaruhi berat yang terjadi pada masing-masing percobaan.
  2. Perubahan berat terbesar yaitu aquadest
  3. Adanya tekanan osmosis pada jaringan

B. Saran
            Pada praktikum tekanan osmosis pada jaringan  sebaiknya praktikan lebih teliti terutama dalam pemotongan bahan yang dipakai dan dalam menghitung waktu yang telah ditentukan




IBRAHIM WAHID
AKTIVIS KAMMI AL-QUDS UNSRI
 














Welcome,,
My Blog,,
heheee.,., saya Ibrahim Wahid, kelahiran Kota Sekayu, 26 November 1991,.
saya anak ke empat dari empat bersaudara, saat ini saya sedang menjalani pendidikan S1 di Universitas Sriwijaya, Fakultas Pertanian.
Aktivitas saya cukup melelahkan, tetapi tetap semangat menjalani hidup, karena apa yang kita lakukan telah di Takdirkan oleh Allah SWT, dan dengan do'a lah kita dapat merubah takdir hidup kita. Allahu Akbar...!!
di Kampus saya mengikuti beberapa Organisasi, ada PRAMUKA ( Racana Unsri ), BEM FP, LDF , dan Kedaerahan saya, KM MUBA serta organisasi eksternal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ( KAMMI ) yang luar biasa, semuanya Insyaallah saya geluti dan saya usahakan untuk menjalankan apa yang saya ikuti.. hehe,, walau terkadang jadwal bertabrakan dan memilih salah satunya.
Semuanya tergantung dari niat kita.

Umbi Bit Merah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Absorsi hara mineral oleh akar  tanaman terbagi dalam tiga fase. Pertama adalah fase difusi, dimana hara mineral bergerak menuju permukaan sel akar. Fase yang melibat kedua adalah pertukaran unsurhara oleh /melalui membran sel, suatu proses yang melibatkan permeabilitas suatu membran . sedangkan fase ketiga yaitu akumulasi, merupakan fase aktif dimana unsur hara ditimbun didaam vakuola.
            Melalui proses difusi berbagai komponen lautan yanah termasuk ion dan molekul bergerak menuju permukaan luar akar yang jumlahya ditentukan oleh banyaknya sifat membran protoplasma.
            Permeabilitas adalah suatu sifat atau kemampuan dari suatu membran untuk dapat dilewati oleh zat. Suatu membran dapat bersifat impermeabel atau permeabel terhadap suatu zat. Suatu membran dapat bersifat impermeabel terhadap zat tertentu, tetapi impermeabel terhadap zat yang lain. Membran yang demikian adalah disebut membran semipermeabel atau differential permeabel.
            Protoplasma sel adalah contoh membran yang bersifat semipermebell. Membran tersebut dapat dilewati atau permeabel terhadap air tetapi tidak dapat dilewati oleh solute terrutama yang bermolekul besar seperti senyawa gula, asam amino dan kadang-kadang elektrolit.
            Sifat semipermeabel dari membran protoplasma tidaklah sama untuk sel yang satu dengan sel yang lainnya. Hal ini tergabtung dari susunan kimia dan fisika dari membran tersebut. Untuk sel yang sama dapat juga berbeda sifat semi permeabelnya, mlainkan tergantung pada : 1). Umur sel tersebut dan 2). Kondisi lingkungan.


B.     TUJUAN
            Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap permeabilitas sel-sel umbi bit merah (Beta Vulgaris).

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari sekelilingnya yang mati. Berdasarkan dari komposisi kimia membran dan pemeabilitasnya terhadap solut maka dapat disimpulkan bahwa membran sel terdiri atas lipid dan protein. Tiga macam lipida polar yang utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida polar, asam lemak yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara panjang dan tingkat ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak berpengaruh terhadap titik cair. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair.  (Anonimous, 2008). Pada membran terdapat lapisan ganda dan molekul-molekul posfolipid yang letaknya teratur sedemikian rupa sehingga ujung karbon yang hidropobik terbungkus sedemikian rupa di dalam sebuah lapisan amorf dalam senyawa lipid. (Prawiranata, 1981).
Membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini dengan lingkungannya merupakan hal yang  mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002). Adanya sifat hidrofobik di bagian tengah lapisan lipid membran plasma menyebabkan membran tersebut tidak mudah ditembus oleh molekul polar, sehingga membran sel mencegah keluarnya komponen-komponen dalam sel yang larut dalam air. Namun, sel juga memerlukan bahan-bahan nutrisi dan membuang limbahnya ke luar sel. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sel harus mengembangkan suatu sistem/mekanisme khusus untuk transpor melintasi membran sel. (Subowo, 1995).
Tujuan  fraksionasi  sel  ialah  untuk  memisahkan  sel  menjadi  bagian bagian,memisahkan  organel-organel  utama  sehingga  fungsinya  masing-masing  dapat dipelajari. Ada beberapa perbedaan besar antara karakter permeabilitas pada tanaman yang  berbeda  tetapi  mempunyai  prinsip  umum  yang  sama.  Salah  satu  faktanya adalah  komposisi  relatif  dari  daerah  lipid  dan  area  penjaringan  terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman. Pada Chara, permeabilitas diatur oleh solubilitas  lipid  pada  penyerapan  larutan.  Sedangkan  pada  Beggiataa,  ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat tinggi yang memiliki sifat permeabilitas yang sama dengan Chara, solubilitas lipid merupakan faktor dominan penyerapan  walaupun  perbedaan  kuantitatif  dapat  diperhitungkan  pada  angka penyerapan. (Kimball, 2000).
            Beberapa teori-teori klasik tentang permeabilitas mempunyai kesulitan dalam menjelaskan  gejala-gejala  yang  teramati.  Seperti  peleburan  zat  terlarut  pada membran oleh pelarut. Semua perrcobaan permeabilitas membran melibatkan sistem yang tidak seimbang yang berubah sepanjang lintasan tidak baik apabila beberapa molekul yang tidak dapat menemdus lubang batas itu. Bermuatan pada membran akan terjadi potensial, untuk potensial ini dinamakan potensial dominan. Dalam hal ini  konsentrasi  keseimbangan  ion  dari  dua  belah  sisi  membran  berbeda.  Proses tercapainya keseimbangan dari berbagai keadaan tidak seimbang merupakan contoh termodinamika larutan balik yang terjadi pada sistem biologi. Membran mempunyai dua fungsi yaitu memberikan kerangka luar dari proses kehidupan dan pemisahan sitoplasma menjadi  bahang. Membran memisahkan protoplasma menjadi  bagian-bagian tetapi pemisahan itu selektif. (Lovelles, 1991).
            Membran bukanlah lembaran molekul statis yang terikat kuat di tempatnya. Membran ditahan bersama terutama oleh interaksi hidrofobik, yang jauh lebih lemah dari ikatan kovalen. Sebgain besar lipid dan sebagian protein dapat berpindah secara acak dalam bidang membrannya. Akan tetapi, jarang terjadi suatu molekul bertukar tempat secara melintang melintasi membran, yang beralih dari satu lapisan fosfolipidke lapisan yang lainnya. Untuk melakukan hal seperti itu, bagian hidrofilik molekul tersebut harus melewati inti hidrofobik membranya. (Campbell, dkk, 2002).
            Suatu membran tetap berwujud fluida begitu suhu turun, hingga akhirnya pada beberapa suhu kritis, fosfolipid mengendap dalam suatu susunan yang rapat dan membrannya membeku, tak ubahnya seperti minyak babi yang membentuk kerak lemak ketika lemaknya mendingin. Suhu beku membran tergantung pada komposisi lipidnya. Membran tetap berwujud fluida pada suhu yang lebih rendah jika membran itu  mengandung  banyak  fosfolipid  dengan  ekor  hidrokarbon  tak  jenuh.  Karena adanya kekusutan di tempat ikatan gandanya, hidrokarbon tak jenuh tidak tersusun serapat hidrokarbon. (Campbell, dkk, 2002).
            Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja dengan baik, membran itu biasanya sekental minyak salad. Apabila membran membeku, permeabilitasnya berubah, dan protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif. Suatu sel dapat  mengubah  komposisi  lipid  membrannya  dalam  tingkatan  tertentu  sebagai penyesuaian terhadap suhu yang berubah. Misalnya, dalam banyak tumbuhan yang dapat  bertahan pada kondisi  yang sangat  dingin,  persentase fosfolipid tak jenuh meningkat  dalam  musim  gugur,  suatu  adaptasi  yang  menghalangi  pembekuan membran selama musim dingin. (Campbell, dkk, 2002).
Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein integral umumnya merupakan  protein  transmembran,  dengan  daerah  hidrofobik  yang  seluruhnya membentang  sepanjang  interior  hidrofobik  membran  tersebut.  Daerah  hidrofobik protein integral terdiri atas satau atau lebih rentangan asam amino nonpolar. Protein periferal  sama  sekali  tidak  tertanam  dalam  bilayer  lipid,  protein  ini  merupakan anggota yang terikat secrara longgar pada permukaan membran, sering juga pada bagian integral yang dibiarkan terpapar. (Campbell, dkk, 2002).
            Membran  sangat  beragam,  tapi  osmosis  terjadi  tanpa  menghiraukan bagaimana fungsi membran, sepanjang pergerakan pergerakan linarut lebih dibatasi dibandingkan dengan pergerakan air. Membran bisa berupa satu lapis  bahan yanglebih  mampu  melarutkan  pelarut  daripada  partikel  linarut,  sehingga  melewatkan lebih banyak molekul pelarut daripada partikel  linarut. Selapis udara diantara dua larutan air merupakan pembatas yang menahan sama sekalim perpindahan linarut yang tidak menguap, yang ketiga berupa saringan (tapis) dengan sejumlah lubang berukuran tertentu sehingga molekul air dapat melaluinya, tapi partikel linarut yang lebih besar tidak. (Salisbury dan Ross, 1995).
            Pergerakan air yang cepat melintasi antar permukaan ke dalam larutan akan menciptakan  tegangan  dalam  air  yang  tertinggal  di  pori,  dan  akan  menarik  air bersamanya dalam bentuk aliran massa. Mekanisme membran ini menggambarkan kerumitan alam . (Salisbury dan Ross, 1995). Ada beberapa perbedaan besar antara karakter permeabilitas pada tanaman yang berbeda tetapi mempunyai prinsip umum yang sama. Salah satu faktanya adalah komposisi relatif dari daerah lipid dan area penjaringan terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman. Pada Chara, permeabilitas diatur oleh solubilitas lipid pada penyerapan larutan. Sedangkan pada Beggiataa, ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat tinggi yang  memiliki  sifat  permeabilitas  yang  sama  dengan  Chara,  solubilitas  lipid merupakan  faktor  dominan  penyerapan  walaupun  perbedaan  kuantitatif  dapat diperhitungkan pada angka penyerapan. (Kimball, 2000).
            Model membran uap merupakan contoh membran semipermeabel yang sejati, padahal semua membran pada tumbuhan harus dapat melewatkan linarut tertentu saja. Membran seperti itu dikatakan bersifat permeabel diferensial, tidak lagi disebut semi permeabel sejati. Meskipun membran hidup bersifat permeabel terhadap pelarut maupun linarut, tapi umumnya jauh lebih permeabel terhadap pelarut. Permeabilitas membran  terhadap  linarut  membuat  keruwetan  lagi  pada  model  osmosis, mempengaruhi laju pergeseran titik keseimbangan secara bertahap (ditentukan oleh konsentrasi  linarut  dan  tekanan)  saat  potensial  osmotik  di  kedua  sisi  membran berubah, sebagai akibat dari lalu lalangnya partikel linarut. (Salisbury dan Ross, 1995).
            Jaringan  dewasa  mengandung  sebuah  lapisan  tipis  protoplasma  yang mengelilingi vakuola inti yang terletak di dinding sel. Dinding sel yang mempunyai banyak pori merupakan suatu proporsi penting dari sebuah struktur sel yang tidak hanya  berupa  sebuah  penghalang  dari  larutan  yang  akan  masuk.  Batasan  ini merupakan jalur untuk keluar masuknya larutan ke dalam sel dan berupa dua lapisan membran.  Membran  ini  tipis  untuk  dilihat  dan  secara  mikroskopis  berbeda  dari protoplasma. Membran ini dapat dikenali dengan mudah karena komponen selektif permeabelnya. (Bonner, 1961).





















BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.    WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan Indralaya pada tanggal 8 november 2010 pada pukul 03.00 WIB sampai dengan selesai, di laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Bididaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B. ALAT DAN BAHAN

            Alat :
            - 1 buah gelas piala 2000 ml
            - 5 buah gelas piala 500 ml
            - 1 buah alat pemtong
            - tabung reaksi
            Bahan :
            - Umbi bit merah
             
C. CARA KERJA
A. pengaruh pemanasan
            Sisipkan 5 potong umbi bit merah dengan ukuran 0,3 x 1 x 2,5 (cm), tempatkan kedalam gelas piala setelah dicuci dengan air yang mengalr selama 5 menit untuk menghilangkan pigmen betaccyanin dari sel-sel yang rusak. Selanjutnya didihkan air suling 1000 ml dalam gelas 2000 piala ml. Siapkan 4 gelas piala dan diisi dengan air yang mendidih tadi sebanyak 250 ml. Lalu tambahkan air dingin dimasing-masing gelas piala hingga dicapai pada masing-masing gelas piala 70, 60, 50, dan 40 (oC). Rendam potongan bit merah dalam masing-masing gelas selama 1 menit, kemudian ambil dengan pinset dan masukan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml air suling. Buat pula kontrol dengan tanpa perlakuan pemanasan. Setelh 30 menit angkat potongan-potongan umbi bit merah tadi.
B. Pengaruh pendinginan
            Siapkan 1 potongsn bit berukuran 0,3 x 1 x 2,5 (cm). Kemudian cuci dengan air mengalir selam a 5 menit. Lalu masukan kedalam potongan umbi itu kedalam freezer selama 30 menit, ambil dengan pinset dan masukan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 ml air suking, setelah 1 jam diangkat.
C. Pengaruh pelarutan organik
            Siapkan 1 potongsn bit berukuran 0,3 x 1 x 2,5 (cm). Kemudian cuci dengan air mengalir selama 5 menit. Lalu masukan kedalam potongan umbi itu tabung reaksi yang berisi 10 ml metl alkohol 30 %, Diamkan selama 30 menit, sesudah itu potongan bit diangkat dari tabung reaksi.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.      Pengaruh Pelarutan Organik
Warna
Ukuran
Deskriptif
Merah maron
0,2 cm x 0,7 cm x 2,4 cm
Pada umbi terjadi perubahan ukuran atau bisa dibilang umbi mengecil, pipih dan tipis. Pada awalnya terdapat gelembung- gelembung udara pada permukaan umbi, kemudian pada akhir pengamatan gelembung-gelembung tersebut menghilang. Larutan metal alcohol berubah menjadi kemerahan, dan pigmen betacyanin pada umbi berkurang dan larutan agak pekat.
2.      Pengaruh Pendinginan
Warna
Ukuran
Deskriptif
Merah maron
0,3 cm x 1 cm x 2,5 cm
Air menjadi keruh dan berwarna merah muda, pada potongan ukuran tetap, potongan menjaid kaku dank eras. Volume air tetap tidak terdapat gelembung seperti perlakuan pelarutan organik dan warna tetap.

B. PEMBAHASAN
Suatu membran sel eukariotik tersusun atas protein dan lipida. Membran bukanlah lembaran molekul statis yang terikat kuat di tempatnya. Membran ditahan bersama terutama oleh interaksi hidrofobik, yang jauh lebih lemah dari ikatan kovalen. Sebgain besar lipid dan sebagian protein dapat berpindah secara acak dalam bidang membrannya. Akan tetapi, jarang terjadi suatu molekul bertukar tempat secara melintang melintasi membran, yang beralih dari satu lapisan fosfolipid ke lapisan yang lainnya.
Untuk melakukan hal seperti itu, bagian hidrofilik molekul tersebut harus melewati inti hidrofobik membranya. Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja dengan baik, membran itu biasanya sekental minyak salad. Apabila membran membeku, permeabilitasnya berubah, dan protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif. (Campbell, dkk, 2002).
Dari pengamatan yang telah dilakukan praktikum ditujukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap permeabilitas sel-sel umbi bit merah (Beta vulgaris). Pada percobaan pertama yang dilakukan yaitu pengaruh pendinginan dimana didapati bahwa bit yang telah didiamkan dalam freezer dan air suling maka yang terjadi adalah pada gelas piala air suling berubah menjadi agak keruh, dan berwarna merah muda,serta volume air pada gelas tetap dan tidak terdapat gelembung-gelembung seperti pada perlakuan pelarutan organic. Pada potongan ukuran tetap, kaku dan keras, warna kemerahan pada potongan umbi tetap (merah maron).
Pada pengamatan yang kedua, yaitu pengaruh pelarutan organic. Pada umbi terjadi perubahan ukuran atau bisa dibilang umbi mengecil, pipih dan tipis menjadi 0,2 cm x 0,7 cm dan 2,4 cm. Pada awalnya terdapat gelembung-gelembung udara pada permukaan umbi, pada  akhir pengamatan gelembung-gelembung tersebut menghilang. Larutan metal alcohol berubah man enjadi kemerahan, pigmen betacyanin pada umbi berkurang dan larutan agak pekat.
Dari kedua pengamatan yang dilakukan, terjadi beberapa peristiwa seperti munculnya gelembung-gelembung udara pada permukaan potongan umbi pada pengaruh pelarutan organic. Hal itu terjadi karena pada sel-sel umbi bit merah (Beta vulgaris) masih terjadi respirasi sehingga udara uang keluar dari sel tersebut berubah gelembung-gelembung udara. Warna merah yang terdapat pada sel uumbi bit merah merupakan pigmen yang disebut dengan betacyanin.





IBRAHIM WAHID
AKTIVIS KAMMI UNSRI