Jumat, 13 April 2012

Aplikasi Pestisida Hama Gudang


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PESTISIDA DAN APLIKASINYA
APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA HAMA GUDANG
                                                                                             






IBRAHIM WAHID
05101007120
KELOMPOK III









PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2012

I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan tanah muda kembali yang kaya akan unsur hara sehingga cocok sekali untuk pertanian. ( Zulaiha, 2011 )
Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman, tanpa harus mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM  masih tetap terjaga Oleh karena itu dikembangkanlah model pertanian bernuansa ekologis dan ramah lingkungan dengan menggunakan pestisida berbahan organik/ alamiah. Sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan hama secara alamiah dan terpadu yang diolah secara alami dan bersifat multiguna.  tidak hanya digunakan untuk pemberantasan hama tetapi lebih dititik beratkan pada pencegahan dan perlindungan tanaman serta mengkondisikan tanaman agar resisten (kebal) terhadap serangan hama apapun . ( Zulaiha, 2011 )
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama, dan hanya digunakan bila diperlukan. Jangan menggunakan pestisida alami bila tidak terdapat hama atau tidak ada tanaman yang rusak. Bahkan, sebaiknya masih belum digunakan bila hanya terdapat sedikit kerusakan tanaman.
Pestisida nabati yang akrab lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang terjangkau. ( Zulaiha, 2011 )
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman dapat berupa larutan dari perasan, rendaman, ekstrak dan rebusan dari bagian tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.
Menurut Diding Rachmawati dan Eli Korlina (2009),Pestisida Organik/alami memiliki beberapa fungsi, antara lain:
  1. Reppelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
  2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
  3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
  4. Menghambat reproduksi serangga betina
  5. Racun syaraf
  6. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
  7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
  8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal tersebut dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian tersebut berlangsung.
Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat, maka sangat dibutuhkannya ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan pestisida. Karena menyangkut hal-hal tentang pertanian dan perkebunan yang merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara Indonesia yang beriklim tropis.
Prinsip ekologi merupakan prinsip yang mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara, iklim serta sumber-sumber keanekaragaman hayati di alam harus seoptimal mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelestarian harus sejalan dengan upaya pemanfaatan.
Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema. Di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa disadari mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba maupun lingkungan. Terputusnya rantai (jaring-jaring) makanan makhluk hidup di ekosistem pertanian berdampak pada musnahnya salah satu makhluk hidup dan ledakan populasi dari mahkluk hidup lainnya didalam rantai makanan tersebut.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama, dan hanya digunakan bila diperlukan. Sehingga keseimbangan ekosistem pertanian terjaga dengan baik.
Semua ini bertujuan memberikan informasi, pengetahuan serta gambaran mengenai dampak penggunaan pestisida kimia terhadap ekosistem pertanian dan penggunaan pestisida nabati (alami) untuk mengimbanginya. Disamping itu Tulisan ini diharapkan menjadi pedoman bagi  para petani untuk membuat pestisida nabati sendiri dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar areal pertanian.



B.  Tujuan
   Untuk mengetahui dan pengaplikasian pestisida nabati pada hama gudang.

















II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.  Lengkuas ( Alpina galanga )
1. Sistematika
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub-diviso       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Zungiberaceae
Genus              : Alpinia
Species            : Alpinia galanga

2. Botani
Batang merupakan terna berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Pohon lengkuas putih umumnya lebih tinggi dari padalengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai tinggi 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah umumnya hanya sampai 1-1,5 meter.
Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun di
sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata.
Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau.
Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan
bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran
perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah
tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak berbentuk
piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis
miring warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Bunga agak berbau harum.
            Buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu masih muda berwarna
hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter lebih
kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil,
berbentuk lonjong, berwarna hitam.
            Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4
cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau
kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya. Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih. Lengkuas putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah.
            Berdasarkan ukuran rimpangnya, lengkuas juga dibedakan menjadi dua varitas, yaitu yang berimpang besar dan kecil. Oleh karena itu, paling tidak ada tiga kultivar lengkuas yang sudah dikenal, yang dibedakan berdasarkan ukuran dan warna rimpang, yaitu lengkuas merah, lengkuas putih besar, dan lengkuas putih kecil. Lengkuas mudah diperbanyak dengan potongan rimpang yang bermata atau bertunas. Juga dapat diperbanyak dengan pemisahan anakannya, atau dengan biji. Tanaman inimudahdibudidayakan tanpa perawatan khusus.

3. Syarat Tumbuh
            Kemampuan penyesuaian tanaman lengkuas terhadap lingkungan tumbuh cukup tinggi. Tanaman ini mempunyai daya produksi tinggi didaerah yang mempunyai kondisi :
a. Iklim
1. Ketinggian tempat : 1 - 1200 m diatas permukaan laut
2. Curah hujan tahunan : 2500 - 4000 mm/tahun
3. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 7 - 9 bulan
4. Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 - 5 bulan
5. Suhu udara : 29' C - 25' C.
6. Kelembapan : sedang
7. Penyinaran : tinggi
b. Tanah
1. Jenis : latosol merah coklat, andosol, aluvial.
2. Tekstur : lempung berliat, lempung berpasir, lempung merah, lateristik.
3. Drainase : baik
4. Kedalaman air tanah : 50 - 100 cm dari permukaan tanah
5. Kedalaman perakaran : 10 - 30 cm dari permukaan tanah
6. Kesuburan : sedang – tinggi
            Tanaman lengkuas tumbuh baik ditempat terbuka yang mendapatkan sinar penuh, tetapi memerlukan naungan ringan untuk pertumbuhan yang optimum. Hal ini dapat diamati pada tanaman lengkuas yang ditanam secara monokultur daunnya melipat (menutup pada siang hari). Sekalipun demikian, lengkuas yang ditanam di tempat yang terlindung, justru hanya menghasilkan daun-daun saja.
            Disamping itu, kesuburan tanahnya harus diperkaya dengan bahan organik, antara lain dengan pemberian pupuk kandang atau kompos. Pada tanah yang kurang subur apalagi becek, pertumbuhan tanaman lengkuas kurang baik, sedikit beranak dan rimpang-rimpangnya banyak yang membusuk.


B.       Kecoa

1.        Sistematika
Kingdom  : Animalia
Filum        : Arthopoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Orthoptera
Family      : Blattidae
Genus       : Blattella
Spesies     : Blattella asahinai

2.        Morfologi
Tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng), kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian dalam berbentuk membran. Caput  melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga mulut menjol diantara dasar kaki pertama.
Biasanya bersayap 2 pasang jenis Blatta Orientialis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen). Kaki disesuaikan untuk berlari. Metamorphosis  tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur terbungkus ooteca 6-30 butir telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha menjadi dewasa mengalami molting sebanyak 13 kali,siklus hidup secara keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup selama 3 tahun. Bersifat omnivora memakan buku,kotoran,tinja dan dahak atau makanan dari kanji.

3.        Habitat
Habitatnya terutama dikolong-kolong rumah, di lingkungan yang lembab, dan didalam rumah. Kecoa termasuk dalam kategori seranggga atau insekta dari ordo Blattodea.
III.             PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.      Tempat dan Waktu
Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan pada hari Kamis, 29 Maret 2012 pada pukul 15.00 sampai dengan selesai.

B.       Bahan dan Alat
            Bahan dan alat yang digunakan adalah ekstrak laos, kecoa, petridish, tisu dan stopwatch.

C.      Cara Kerja

1.      Pembuatan ekstrak
a.       Ambil lengkuas, potong kecil-kecil
b.      Siapkan blender dan erlenmeyer yang berisi aquades (10 ml), kemudian masukkan potongan lengkuas beserta aquades ke dalam blender.
c.       Blender sampai halus , lalu saring sehingga yang tersisa hanya airnya saja.
d.      Masukkan ekstrak tersebut dalam botol dan simpan dalam kulkas
2.      Aplikasi pestisida pada hama gudang
a.       Siapkan kecoa dan petridish
b.      Masukkan tisu kedalam ekstrak lengkuas, lalu dikering anginkan.
c.       Lapisi tisu yang telah dicelupkan tadi ke petridish , kemudian masukkan kecoa ke dalam petridish lalu ditutup.
d.      Lakukan percobaan 7x dengan interval 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 menit.



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Presentase = ∑ yang mati                               x 100 %
                     ∑ total yang dicawan
                  = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0    x 100 %
                                        5
                  = 0
Presentase akhir =             presentase                
                                                 n
                            =     0
                                   7
                            =   0

Tanggal / Hari
Spesies/
kelompok
Interval waktu ( menit )
Keterangan
3
6
9
12
15
18
21
Kamis/ 29-3-2012
Kecoa
0
0
0
0
0
0
0
Tetap hidup sampai menit ke 21


                       



B.  Pembahasan
            Berdasarkan hasil dari praktikum, diketahui bahwa ekstrak pestisida nabati yang terbuat dari lengkuas tidak berhasil membunuh hama gudang yaitu kecoa. Tidak tahu mengapa jadi seperti ini, mungkin disebabkan pada saat pembuatan ekstrak ada sedikit kekurangan atau kecoa yang dalam hal ini adalah salah satu hama gudang kebal terhadap pestisida nabati yang terbuat dari lengkuas.
            Seperti kita ketahui, rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin.
            Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol
asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988). Juga mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7- hidroksi-3,5-dimetoksiflavon.
            Telah diketahui bahwa baik di rimpang dan buah lengkuas mengandung senyawa-senyawa kimia yang mungkin selama ini kita tidak ketahui dan banyak sekali manfaatnya, dan salah satunya adalah sebagai pestisida nabati. Tetapi dalam hal ini lengkuas tidak menjadi pestisida seperti yang diharapkan agar dapat membasmi hama gudang salah satunya kecoa yang menjadi percobaan.
            Mungkin dilain waktu, percobaan ini dapat dilakukan kembali, dengan bahan yang sama dan dengan cara yang sama saat pembuatan ekstrak tapi tak lupa dengan kesalah kemarin yang mungkin tidak ketahui agar tidak terulang dan menghasilkan pestisida yang baik dan berguna untuk masyarakat tanpa mencemari lingkungan.
            Selain dari lengkuas, ada beberapa tanaman yang dapat dijadikan pestisida nabati, tanaman tersebut adalah daun mimba (Azadirachta indica). Daun mimba ini mengadung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga. Mimba mempunyai spectrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun, disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah.
            Selain daun mimba, ada akar tuba (Deris eliptica), senyawa yang telah ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air. Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik) berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida (tungau).
            Tanaman tembakau, senyawa yang dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat. Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida). Pengendalian hama menggunakan bahan-bahan nabati diharapkan mengurangi ketergantungan akan pestisida. Pestisida yang selama ini digunakan masyarakat luas memiliki efek negatif yakni tidak ramah lingkungan, harganya mahal, dan jika terakumulasi dalam jumlah banyak didalam tubuh akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:
1. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat.
2. ekstrak pestisida nabati yang terbuat dari lengkuas tidak berhasil membunuh hama gudang yaitu kecoa.
3. rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna kuning kehijauan
4. rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin
5. Pembuatan pestisida nabati lebih murah dan ramah lingkungan

B. Saran
Pratikan diharapkan memperhatikan apa yang asisten ucapkan dan tenang saat pratikum dimulai.












DAFTAR PUSTAKA

Nurdian. 2011 . Klasifikasi Kecoa
          http://grahanurdian.web.id/klasifikasi-kecoa/                      4 April 2012
Anonim. 2009. invertebrata
            http://www.scribd.com/doc/27992321/8-invertebrata      4 April 2012
Mental, Enviro. 2010 . Morfologi Kecoa.
            http://pakemata.blogspot.com/2010/02/morfologi-kecoa-lipas-ordo-orthoptera.html                                                                  4 April 2012

Alfa. 2010 . rempah-rempah .
            http://alfakece.blogspot.com/p/rempah-rempah.html       4 April 2012

Zulaiha, Siti . 2011 . Jurnal Lingkungan Hidup

            http://uwityangyoyo.wordpress.com/2011/06/04/penggunaan-pestisida-nabati-ramah-lingkungan-penyelamat-jaring-%E2%80%93-jaring-rantai-makanan-dalam-ekosistem-pertanian/                               4 April 2012

 

 

IBRAHIM WAHID

AKTIVIS KAMMI AL-QUDS




Tidak ada komentar:

Posting Komentar