LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PESTISIDA DAN APLIKASINYA
APLIKASI PESTISIDA NABATI PADA HAMA GUDANG
IBRAHIM WAHID
05101007120
KELOMPOK III
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan
sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah
yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan tanah muda kembali yang kaya akan unsur hara sehingga cocok sekali
untuk pertanian. ( Zulaiha, 2011 )
Bila kita menghendaki hidup sehat dan ramah lingkungan ada
pilihan atau opsi yang ditawarkan yaitu menggunakan “BAHAN-BAHAN ALAMI” untuk
mengusir atau menghalau musuh-musuh alami yang menyerang tanaman, tanpa harus
mematikannya, sehingga siklus EKOSISTEM masih tetap terjaga Oleh karena
itu dikembangkanlah model pertanian bernuansa ekologis dan ramah lingkungan
dengan menggunakan pestisida berbahan organik/ alamiah. Sebagai salah satu
solusi dalam penanggulangan hama secara alamiah dan terpadu yang diolah secara
alami dan bersifat multiguna. tidak hanya digunakan untuk pemberantasan
hama tetapi lebih dititik beratkan pada pencegahan dan perlindungan tanaman
serta mengkondisikan tanaman agar resisten (kebal) terhadap serangan hama
apapun . ( Zulaiha, 2011 )
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk
mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari
sistem pengendalian hama, dan hanya digunakan bila diperlukan. Jangan
menggunakan pestisida alami bila tidak terdapat hama atau tidak ada tanaman
yang rusak. Bahkan, sebaiknya masih belum digunakan bila hanya terdapat sedikit
kerusakan tanaman.
Pestisida nabati yang akrab lingkungan, disebut demikian
karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani
karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang
terjangkau. ( Zulaiha, 2011 )
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tanaman dapat berupa larutan dari perasan, rendaman, ekstrak dan rebusan
dari bagian tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.
Menurut Diding Rachmawati dan Eli
Korlina (2009),Pestisida Organik/alami memiliki beberapa fungsi, antara lain:
- Reppelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat
- Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.
- Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
- Menghambat reproduksi serangga betina
- Racun syaraf
- Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
- Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
- Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang
seefisien mungkin dalam kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal tersebut
dengan penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian tersebut berlangsung.
Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat, maka sangat dibutuhkannya ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan pestisida. Karena menyangkut hal-hal tentang pertanian dan perkebunan yang merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara Indonesia yang beriklim tropis.
Untuk memenuhi perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat, maka sangat dibutuhkannya ilmu pengetahuan mengenai pupuk dan pestisida. Karena menyangkut hal-hal tentang pertanian dan perkebunan yang merupakan aspek utama dalam perekonomian Negara Indonesia yang beriklim tropis.
Prinsip ekologi merupakan prinsip yang mengembangkan upaya
bahwa pola hubungan antara organisme dengan alam adalah satu kesatuan.
Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara, iklim serta sumber-sumber
keanekaragaman hayati di alam harus seoptimal mungkin (tidak mengeksploitasi).
Upaya-upaya pelestarian harus sejalan dengan upaya pemanfaatan.
Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan
dilema. Di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi
lain tanpa disadari mengakibatkan berbagai dampak negatif, baik terhadap
manusia, hewan mikroba maupun lingkungan. Terputusnya rantai (jaring-jaring)
makanan makhluk hidup di ekosistem pertanian berdampak pada musnahnya salah
satu makhluk hidup dan ledakan populasi dari mahkluk hidup lainnya didalam
rantai makanan tersebut.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk
mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari
sistem pengendalian hama, dan hanya digunakan bila diperlukan. Sehingga
keseimbangan ekosistem pertanian terjaga dengan baik.
Semua ini bertujuan memberikan informasi, pengetahuan serta
gambaran mengenai dampak penggunaan pestisida kimia terhadap ekosistem
pertanian dan penggunaan pestisida nabati (alami) untuk mengimbanginya.
Disamping itu Tulisan ini diharapkan menjadi pedoman bagi para petani
untuk membuat pestisida nabati sendiri dengan memanfaatkan tumbuhan disekitar
areal pertanian.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui dan pengaplikasian pestisida nabati pada hama gudang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lengkuas
( Alpina galanga )
1. Sistematika
1. Sistematika
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galanga
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Alpinia
Species : Alpinia galanga
2. Botani
Batang merupakan terna berumur panjang, tinggi sekitar 1 sampai 2
meter, bahkan dapat mencapai 3,5 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang
rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu
membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar
sebagai tunas dari pangkal batang tua. Pohon lengkuas putih umumnya lebih
tinggi dari padalengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai tinggi 3
meter, sedangkan pohon lengkuas merah umumnya hanya sampai 1-1,5 meter.
Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling.
Daun di
sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata.
Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau.
sebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil dari pada yang di tengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata.
Pertulangan daun menyirip. Panjang daun sekitar 20 - 60 cm, dan lebarnya 4 - 1 5cm. Pelepah daun lebih kurang 15 - 30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau.
Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,berwarna
putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan
bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran
perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah
tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak berbentuk
piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis
miring warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Bunga agak berbau harum.
bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak di ujung batang. Ukuran
perbungaan lebih kurang 10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah
tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak berbentuk
piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis
miring warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau. Bunga agak berbau harum.
Buah buni, berbentuk bulat, keras. Sewaktu
masih muda berwarna
hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter lebih
kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil,
berbentuk lonjong, berwarna hitam.
hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdiameter lebih
kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil,
berbentuk lonjong, berwarna hitam.
Rimpang besar dan tebal, berdaging,
berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4
cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau
kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya. Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih. Lengkuas putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah.
cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau
kuning kehijauan pucat,mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Untuk mendapatkan rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya. Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih. Lengkuas putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah.
Berdasarkan ukuran rimpangnya, lengkuas
juga dibedakan menjadi dua varitas, yaitu yang berimpang besar dan kecil. Oleh
karena itu, paling tidak ada tiga kultivar lengkuas yang sudah dikenal, yang
dibedakan berdasarkan ukuran dan warna rimpang, yaitu lengkuas merah, lengkuas
putih besar, dan lengkuas putih kecil. Lengkuas mudah diperbanyak dengan
potongan rimpang yang bermata atau bertunas. Juga dapat diperbanyak dengan
pemisahan anakannya, atau dengan biji. Tanaman inimudahdibudidayakan tanpa
perawatan khusus.
3. Syarat Tumbuh
Kemampuan penyesuaian tanaman lengkuas terhadap
lingkungan tumbuh cukup tinggi. Tanaman ini mempunyai daya produksi tinggi didaerah
yang mempunyai kondisi :
a. Iklim
1. Ketinggian tempat : 1 - 1200 m diatas permukaan laut
2. Curah hujan tahunan : 2500 - 4000 mm/tahun
3. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 7 - 9 bulan
4. Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 - 5 bulan
5. Suhu udara : 29' C - 25' C.
6. Kelembapan : sedang
7. Penyinaran : tinggi
b. Tanah
1. Jenis : latosol merah coklat, andosol, aluvial.
2. Tekstur : lempung berliat, lempung berpasir, lempung merah, lateristik.
3. Drainase : baik
4. Kedalaman air tanah : 50 - 100 cm dari permukaan tanah
5. Kedalaman perakaran : 10 - 30 cm dari permukaan tanah
6. Kesuburan : sedang – tinggi
1. Ketinggian tempat : 1 - 1200 m diatas permukaan laut
2. Curah hujan tahunan : 2500 - 4000 mm/tahun
3. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 7 - 9 bulan
4. Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 - 5 bulan
5. Suhu udara : 29' C - 25' C.
6. Kelembapan : sedang
7. Penyinaran : tinggi
b. Tanah
1. Jenis : latosol merah coklat, andosol, aluvial.
2. Tekstur : lempung berliat, lempung berpasir, lempung merah, lateristik.
3. Drainase : baik
4. Kedalaman air tanah : 50 - 100 cm dari permukaan tanah
5. Kedalaman perakaran : 10 - 30 cm dari permukaan tanah
6. Kesuburan : sedang – tinggi
Tanaman lengkuas tumbuh baik
ditempat terbuka yang mendapatkan sinar penuh, tetapi memerlukan naungan ringan
untuk pertumbuhan yang optimum. Hal ini dapat diamati pada tanaman lengkuas
yang ditanam secara monokultur daunnya melipat (menutup pada siang hari).
Sekalipun demikian, lengkuas yang ditanam di tempat yang terlindung, justru
hanya menghasilkan daun-daun saja.
Disamping itu, kesuburan tanahnya
harus diperkaya dengan bahan organik, antara lain dengan pemberian pupuk
kandang atau kompos. Pada tanah yang kurang subur apalagi becek, pertumbuhan
tanaman lengkuas kurang baik, sedikit beranak dan rimpang-rimpangnya banyak
yang membusuk.
B. Kecoa
1.
Sistematika
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Blattidae
Genus : Blattella
Spesies : Blattella asahinai
2.
Morfologi
Tubuh bulat telur dan pipih dorsoventral
(gepeng), kepala agak tersembunyi dilengkapi :sepasang antena panjang yang
berbentuk filiform yang bersegmen,dan mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian
dada terdapat 3 kaki,2 pasang sayap,bagian luar tebal,bagian dalam berbentuk
membran. Caput melengkung ke ventro
caudal di bawah sehingga mulut menjol diantara dasar kaki pertama.
Biasanya bersayap 2 pasang jenis Blatta
Orientialis betina memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak
menutup abdomen). Kaki disesuaikan untuk berlari. Metamorphosis tidak sempurna (telur-nimpha-dewasa),telur
terbungkus ooteca 6-30 butir telur dan menetas 26-69 hari sedangkan nimpha
menjadi dewasa mengalami molting sebanyak 13 kali,siklus hidup secara
keseluruhan 2-21 bulan dan kecoa dewasa dapat hidup selama 3 tahun. Bersifat
omnivora memakan buku,kotoran,tinja dan dahak atau makanan dari kanji.
3.
Habitat
Habitatnya terutama
dikolong-kolong rumah, di lingkungan yang lembab, dan didalam rumah. Kecoa
termasuk dalam kategori seranggga atau insekta dari ordo Blattodea.
III.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tempat
dan Waktu
Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan pada hari Kamis, 29 Maret 2012 pada pukul 15.00 sampai dengan
selesai.
B. Bahan
dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah
ekstrak laos, kecoa, petridish, tisu dan stopwatch.
C. Cara
Kerja
1.
Pembuatan ekstrak
a. Ambil
lengkuas, potong kecil-kecil
b. Siapkan
blender dan erlenmeyer yang berisi aquades (10 ml), kemudian masukkan potongan
lengkuas beserta aquades ke dalam blender.
c. Blender
sampai halus , lalu saring sehingga yang tersisa hanya airnya saja.
d. Masukkan
ekstrak tersebut dalam botol dan simpan dalam kulkas
2.
Aplikasi pestisida
pada hama gudang
a. Siapkan
kecoa dan petridish
b. Masukkan
tisu kedalam ekstrak lengkuas, lalu dikering anginkan.
c. Lapisi
tisu yang telah dicelupkan tadi ke petridish , kemudian masukkan kecoa ke dalam
petridish lalu ditutup.
d. Lakukan
percobaan 7x dengan interval 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 menit.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Presentase = ∑ yang mati x 100 %
∑ total yang dicawan
= 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 x 100 %
5
= 0
Presentase akhir = presentase
n
= 0
7
= 0
Tanggal
/ Hari
|
Spesies/
kelompok
|
Interval
waktu ( menit )
|
Keterangan
|
||||||
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
21
|
|||
Kamis/ 29-3-2012
|
Kecoa
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Tetap hidup sampai menit ke 21
|
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil
dari praktikum, diketahui bahwa ekstrak pestisida nabati yang terbuat dari
lengkuas tidak berhasil membunuh hama gudang yaitu kecoa. Tidak tahu mengapa
jadi seperti ini, mungkin disebabkan pada saat pembuatan ekstrak ada sedikit
kekurangan atau kecoa yang dalam hal ini adalah salah satu hama gudang kebal
terhadap pestisida nabati yang terbuat dari lengkuas.
Seperti kita ketahui, rimpang lengkuas mengandung
lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri
dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen,
δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang
disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin.
Buah lengkuas
mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol
asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988). Juga mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7- hidroksi-3,5-dimetoksiflavon.
asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988). Juga mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7- hidroksi-3,5-dimetoksiflavon.
Telah diketahui bahwa baik di rimpang dan buah lengkuas
mengandung senyawa-senyawa kimia yang mungkin selama ini kita tidak ketahui dan
banyak sekali manfaatnya, dan salah satunya adalah sebagai pestisida nabati.
Tetapi dalam hal ini lengkuas tidak menjadi pestisida seperti yang diharapkan
agar dapat membasmi hama gudang salah satunya kecoa yang menjadi percobaan.
Mungkin dilain waktu, percobaan ini dapat dilakukan
kembali, dengan bahan yang sama dan dengan cara yang sama saat pembuatan
ekstrak tapi tak lupa dengan kesalah kemarin yang mungkin tidak ketahui agar
tidak terulang dan menghasilkan pestisida yang baik dan berguna untuk masyarakat
tanpa mencemari lingkungan.
Selain dari lengkuas, ada beberapa tanaman yang dapat
dijadikan pestisida nabati, tanaman tersebut adalah daun mimba (Azadirachta indica). Daun mimba ini
mengadung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, dan salanin. Berbentuk
tepung dari daun atau cairan minyak dari biji/buah. Efektif mencegah makan
(antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent)
dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat
mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga. Mimba mempunyai spectrum
yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies)
antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat
juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan
spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab:
embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun dan bercak daun. Dan
mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew). Ekstrak mimba sebaiknya
disemprotkan pada tahap awal dari perkembangan serangga, disemprotkan pada dun,
disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk mengendalikan serangga
di dalam tanah.
Selain daun mimba, ada akar tuba (Deris eliptica), senyawa yang telah
ditemukan antara lain adalah retenon. Retenon dapat diekstrak menggunakan
eter/aseton menghasilkan 2 – 4 % resin rotenone, dibuat menjadi konsentrat air.
Rotenon bekerja sebagai racun sel yang sangat kuat (insektisida) dan sebagai
antifeedant yang menyebabkan serangga berhenti makan. Kematian serangga terjadi
beberapa jam sampai beberapa hari setelah terkenal rotenone. Rotenon dapat
dicampur dengan piretrin/belerang. Rotenon adalah racun kontak (tidak sistemik)
berpspektrum luas dan sebagai racun perut. Rotenon dapat digunakan sebagai
moluskisida (untuk moluska), insektisida (untuk serangga) dan akarisida
(tungau).
Tanaman tembakau, senyawa yang
dikandung adalah nikotin. Ternyata nikotin ini tidak hanya racun untuk manusia,
tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga Daun tembakau kering
mengandung 2 – 8 % nikotin. Nikotin merupakan racun syaraf yang bereaksi cepat.
Nikotin berperan sebagai racun kontak bagi serangga seperti: ulat perusak daun,
aphids, triphs, dan pengendali jamur (fungisida). Pengendalian hama menggunakan
bahan-bahan nabati diharapkan mengurangi ketergantungan akan pestisida.
Pestisida yang selama ini digunakan masyarakat luas memiliki efek negatif yakni
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, dan jika terakumulasi dalam jumlah
banyak didalam tubuh akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang
didapat dari praktikum ini adalah:
1. Pestisida
alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat.
2. ekstrak pestisida nabati yang terbuat dari
lengkuas tidak berhasil membunuh hama gudang yaitu kecoa.
3. rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri
berwarna kuning kehijauan
4. rimpang juga mengandung resin
yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan
galangin
5. Pembuatan pestisida nabati
lebih murah dan ramah lingkungan
B. Saran
Pratikan diharapkan
memperhatikan apa yang asisten ucapkan dan tenang saat pratikum dimulai.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdian.
2011 . Klasifikasi Kecoa
http://grahanurdian.web.id/klasifikasi-kecoa/ 4 April 2012
Anonim. 2009.
invertebrata
http://www.scribd.com/doc/27992321/8-invertebrata 4 April 2012
Mental, Enviro.
2010 . Morfologi Kecoa.
http://pakemata.blogspot.com/2010/02/morfologi-kecoa-lipas-ordo-orthoptera.html
4 April 2012
Alfa. 2010 .
rempah-rempah .
http://alfakece.blogspot.com/p/rempah-rempah.html 4 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar